About

Kamis, 11 Agustus 2011

BUBUR IKAN SEHAT ALA MAHASISWA BIOLOGI ITS

BUBUR IKAN SEHAT ALA MAHASISWA BIOLOGI ITS
UNTUK MENANGGULANGI GIZI BURUK DI KOTA MEGAPOLITAN



Sore itu di balai RW2 Kelurahan Kedungcowek, Kenjeran-Surabaya terlihat tak seperti biasanya, rame sekali. Terlihat ibu-ibu dari berbagai latar belakang profesi berduyun-duyun mendatangi tempat tersebut, tak lupa membawa bayinya. Suara tangis bayi dan bagaimana ibunya menenangkan serta perbincangan antar ibu-ibu membuktikan adanya interaksi yang sehat dan menambah riuhnya acara tersebut. Pasalnya, di tempat tersebut akan diadakan penyuluhan bubur ikan sehat untuk BALITA ala mahasiswa Biologi ITS. Bubur ikan sehat ini dimaksudkan sebagai makanan pendamping ASI yang diformulasikan khusus untuk menanggulangi gizi buruk di Kecamatan tersebut, kata Arifianto.
Ide penyuluhan tentang bubur ikan tersebut dimulai sejak beberapa waktu lalu Arifianto dan kawan-kawan berkunjung ke pantai ria kenjeran. Disana terdapat sumber daya ikan yang sangat melimpah. Namun kenyataannya sumber daya tersebut tidak mampu mensejahterakan masyarakat disana. Hal ini dibuktikan dengan laporan di Jawa Pos yang menyatakan bahwa tingkat gizi buruk di Kecamatan Kenjeran dikategorikan tinggi. Memahami hal di atas Arifianto dan kawan-kawan mencetuskan visi yang mulia untuk memberantas gizi buruk di tempat tersebut dengan mengoptimalkan sumber daya lokal berupa ikan dalam bentuk produk MPASI yaitu BUISET (Bubur ikan sehat).
Acara penyuluhan tersebut dimulai pukul 16.00 dan dibuka oleh Sdri. Ima Mufidatul ‘ilmi, salah satu penyuluh. Menarik sekali acara penyuluhan tersebut, para penyuluh yang terdiri dari 5 mahasiswa Biologi ITS yaitu: Arifianto, Ardhiani, Riesya, Dadang, dan Ima mempraktekkan secara langsung cara membuat bubur ikan sehat tersebut. Setelah matang bubur ikan sehat ini langsung bisa dinikmati oleh para peserta penyuluhan. Sementara memasak mereka juga menjelaskan tentang pentingnya nutrisi pada BALITA, cara pembuatan BUISET, sampai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Penyuluhan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu se-kelurahan Kedungcowek. Mereka terlihat antusias terhadap penyuluhan yang diprakarsai Mahasiswa Biologi ITS tersebut, terbukti mereka turut membantu memasak dan berebut mencicipi. Ibu Khoirotun, salah satu peserta penyuluhan mengaku senang atas kedatangan Mahasiswa ke kampungnya, “mereka ramah-ramah, buburnya juga enak dan gurih” kata beliau. Acara penyuluhan tersebut kemudian ditutup pukul 15.30 dengan acara ramah tamah dan berdiskusi masalah gizi dan BALITA. Setelah selesai para penyuluh memberikan kenang-kenangan resep bubur ikan sehat sebagai bekal memasak di rumah. Mereka juga mengingatkan kepada peserta penyuluhan bahwa mereka akan kembali lagi untuk membuat acara lomba memasak bubur sebagai upaya controlling keberlanjutan program.
Tidak mudah perjuangan Arifianto dan kawan-kawan untuk merealisasikan acara penyuluhan tersebut. Mulai dari membuat formulasi/resep bubur ikan yang disukai balita, perijinan dan birokrasi ke kelurahan, melakukan pendekatan kepada masyarakat, mengonsep dan mempersiapkan acara penyuluhan. Hingga akhirnya dapat melaksanakan acara tersebut dengan baik dan memuaskan. Arifianto dkk mengaku cukup puas dengan capaiannya selama ini. Namun mereka masih mempunyai PR besar yang harus dikerjakan, yaitu controlling keberlanjutan program. “Untuk controlling keberlanjutan program, kita sudah menyiapkan langkah berikutnya, tentunya acara akan lebih heboh, yaitu lomba memasak bubur antar RT” ungkap Ardhiani, salah satu anggota tim dari Banten, disambut meriah anggota tim yang lain. Mereka berharap acara hari ini dapat berguna bagi masyarakat lokal, meningkatkan kesejahteraan mereka, serta menggugah para pemuda dimanapun berada untuk turut serta peduli terhadap masalah publik dan terjun langsung untuk menciptakan solusi dan mengaplikasikan ilmunya kepada masyarakat. Semoga harapan-harapan mulia mereka dapat terwujud dan memberikan inspirasi kepada kita semua bahwa masih banyak orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pundak kita untuk bangkit, bahkan di kota megapolitan seperti Surabaya. Lanjutkan!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More